Selamat datang di Kawasan Penyair Aceh Terima kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 04 Maret 2011

Wina SW1


Wina SW1, sebuah potret gadis Aceh yang mandiri, aktif, memiliki banyak bakat dan keahlian. Gadis kelahiran 20 Pebruari 1969 ini, saat ini tercatat sebagai dosen pada Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Syiah Kuala. Ilmuwan yang seniman ini sedang menyelesaikan program pasca sarjananya di Kyoto University, Japan.
Dia juga penyair yang puisi-puisinya banyak dimuat dalam berbagai antologi puisi. Selain menulis puisi, dia juga sering membacakan puisi di berbagai tempat di Indonesia, Asia Tenggara dan Jepang. Suka menulis cerpen, pernah menjadi jurnalis di Majalah Tiara (Gramedia grup, Jakarta), fotografer, koregrafer dan penari tari aceh, guru bahasa dan kebudayaan Indonesia di Kansai, Jepang, juga pernah aktif di berbagai organisasi daerah, nasional dan internasional.
“Lakukan apa yang bisa kamu lakukan selama kamu bisa. Tidak hanya untuk sendiri, tapi juga untuk mereka yang ada di jangkauanmu. Hidup ini singkat, jadi jangan biarkan kosong tanpa arti.
Karena itu, di manapun ia berada, ia selalu berusaha untuk


About WINA SW1
Wina SW1, a multi-talented girl with high self confidence and high spirit. She is a scientist, writer, photographer, Acehnese dance choreographer and dancer, teacher and poet. Her poems have been published in many poems anthologies. She reads her poems in many places & occasions in Indonesia, Southeast Asian Countries & Japan. She loves to write fictions, scientific papers, culture articles and published them in many mass media. She is working as lecturer staff at Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Syiah Kuala University, Aceh. Now she is taking PhD program at Kyoto University, Japan.
“I love to an Acehnese. I have to study hard to get my degree, but it doesn’t mean I have to stop my activities to express my feeling. I want to share whatever I can share to the world, to promote my culture. Just do what you can do now, for yourself and for the people around you. Live is too short to let it gone without anything.”


Kemarin itu

Gelombang menggapai langit
Bumi pun karam dalam tangis
Hari milik kita mengalir tanpa kata
Itulah penutup cerita rumah kita

(Medan-Osaka Juni 2006)


Yesterday

The waves try to reach the sky
the earth swamped with tears
our days flowing without words
it is an ending of our home
(Medan-Osaka June 2006)


Antara


Kita lukis esok pada rinai hujan
Tanpa bingkai, kita gantungkan pada tembok raksasa
Jarak pun hanya sekedar bayangan dalam kegelapan

(Beijing, 22 Mai2006)


Between


In the rain we sketch a future
without frame, we hang it on the great wall
space just a shadow in the dark

(Beijing, 22 May 2006)


Pilihan

Terbanglahku meraih hari-hari lampau
tempat kita menyimpan cinta
hari ini selalu kembali mencuriku
memenjarakanku dalam taman hatinya
dan memabukkanku dalam rayuannya

“terimalah tawaran putihku dan berjalanlah di sisiku
ke dunia tempat kita menyemai cinta!”

setiap kumenjauh, ia kirimi aku setumpuk senyum
dan mengembalikanku pada simpang yang sama
: Engkau dengan segala kenangan
dan dia dengan seluruh harap untuk esok

(Beijing, Mei 2006)


Dilemma

I am flying to catch my olden times
in a site where we shelter our love
nowadays always steal me back
detain me in a garden of his heart
and persuades me in his word
“just take my white tender and walk beside me to a world
where we can grow our loves!”

whenever I flee, he sending a bunch of smiles
put me into a corner
: You with all the memories and him with hopes of tomorrow

(Beijing, May 2006)


Hasrat

Kita punya angin
Kita punya air
Kita punya hari
Kita punya siang
Kita punya malam
Kita punya mimpi
Kita punya nafas
Kita punya hasrat
Kita punya rasa

Kecuali hati yang hilang dalam lalai
cinta yang terperangkap dalam ilusi
mabuk dalam tarian angina dan aliran air mata
mimpi bermandi cahaya matahari
entah kapan nyata

(Kyoto, 2005)


Possession

We posses wind
We posses water
We posses day
We posses afternoon
We posses night
We posses dream
We posses breathe
We posses hope
We posses feeling

But a lost heart in thoughtless
a love in illusion trap
drunk in a wind dance and in the flow of tears
dreaming about sunshine shower:

(Kyoto, 2005)


Semedi bulan

Semedi di bulan
menggores cahaya biru
melukiskan rasa dengan birunya langit
tenggelam dalam kabut cahaya

semedi di bulan
ruang tanpa kata-kata
tetap saja kau melintasi
ketenanganku

(Kyoto, 2005)


Meditation on the moon

Meditation on the moon
Scratching the blue light
Try to picture all of the feeling
With azure
Sink in nebula

Meditation on the moon
Place with no words
But, you still flowing
In my serenity

(Kyoto, 2005)


Seteru
Bulan menyusupkan cahaya ke bilikku
lilin yang cuma sekelip tersipu
padam dalam diam

(Kyoto, akhir Juli 1999)


Foe


The moon hiding the illumination into my room
Candle with a little twinkle light
Out in silence

(Kyoto, akhir Juli 1999)


Lampion

Menyala ia sebelum sadar
menyentuhku
aku terbakar gelap

kertas-kertas jingga
batas nyala dan redup
mengasaplah aku
di antara pemuja kehilangan tuhannya

(Nara, awal Mei 1999)


Latern

flare up before awake
touching me
I am burning in the dark

paper lanterns with fires
a border between brightness and darkness
I blaze among the worshiper who lost their God

(Nara, May 1999)


Tugu
api dalam bisu
tanpa daun, tanpa rasa
tegak tak beranjak

(tak ada bedanya prolog
maupun epilog: hening)

(Sapporo, april 2001)


Monument

Fire in the coolness
without leaves, without sensation
standing without desire

(no difference between prolog and epilog
: silence)

(Sapporo, April 2001)

Tidak ada komentar: